“Enak banget ya Gus jawabnya, sambal baca catatan disana”

Dari keseluruhan Debat Calon Wakil Presiden yang saya tonton mala mini (22 Januari 2024), mungkin ini yang paling berkesan dan menggelitik buat saya. Saya jadi ingat didikan dari mentor saya yang Ketika itu adalah General Manager perusahaan modal asing (PMA) di Bali. Mentor yang menjadikan kualitas saya saat ini dalam segala keterbatasan.

“Ketika kamu menjadi pemimpin, maka makin besar area yang harus menjadi keharusan untuk kamu kuasai. Manusiawi, kamu akan memiliki kekurangan dan kelebihan. Untuk menutupinya selalu bawalah kertas dan pena. Selalu buatlah catatan untuk meluaskan sudut pandangmu. Sebagai pemimpin kamu harus mampu meluaskan sudut pandangmu, menambahkan dalam catatanmu masukan sekalipun dari lawanmu. Sekecilnya catatan akan bermakna sangat besar ketika nanti memberikan pengertian dan pengaruh pada segala keputusan yang kamu buat. Jangan malu akan kelemahanmu, tapi pahami kelemahanmu.” Kurang lebih itulah yang Josephien Setiawati sampaikan kala itu.

Kenapa statement salah satu Calon Wakil Presiden itu menggelitik saya, mungkin dalam kontestasi politik saat ini berbeda dengan nalar yang saya miliki. Menjadi Wakil Presiden, tidak hanya harus menghapalkan berbagai bahan materinya. Bahwa, menjadi pemimpin yang baik dibutuhkan bergudang-gudang pengalaman. Dibutuhkan keberanian dan komitmen yang tinggi. Dibutuhkan kemampuan memproses segala data, pemahaman, pengalaman dan kemampuan memproses segala informasi tersebut dalam kebijakan dan keputusannya. Memprosesnya dalam komitmen kepemimpinannya.

Maka itu, statement salah satu kandidat calon wakil presiden ini agak bertolak belakang dengan apa yang menjadi pegangan dalam hidup saya. Saya memiliki keterbatasan kemampuan yang jelas dimana pendidikan terakhir saya hanya SMA. Namun dengan “catatan” dan kebiasaan saya “mencatat” kemudian saya menjadi seperti saat ini dan diberi kemampuan untuk memaksimalkan pengetahuan saya.

Maka buat saya, “Gus …. Saya salah satu orang yang mendukung catatan anda. Mungkin secara politis saya tidak sepaham dengan anda. Tapi dalam hal catatan, saya masih menganggap mereka yang mencatat akan lebih memiliki keinginan mebaca ulang. Ketimbang mereka yang hanya menghapal atau tidak mencatat maka mereka cenderung akan melupakan dan tidak ada yang mengingatkan kembali. Kalau Gus Muhaimin dan saya lupa, kita masih ada catatan yang akan mengingatkan.”

Artikel ini saya buat bukan untuk menjatuhkan salah satu bakal calon Wakil Presiden. Tapi untuk mengingatkan kita untuk tidak malu memiliki “catatan” dan tidak ragu untuk “mencatat”. Artikel ini bukan juga untuk mendukung “Gus Muhaimin” atau tidak mendukung “Gibran Rakabumingraka” – karena jelas saya mendukung “Prof Mahfud MD dan Mas Ganjar Pranowo”.